Kadin Jatim: Butuh "dirigen" untuk percepatan industri pariwisata ramah muslim

SURABAYA, Senin (20/3/2024): Ketua Umun Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto menegaskan, Jawa Timur sebenarnya memiliki beragam destinasi wisata yang bisa dikembangkan menjadi pariwisata ramah muslim. Tetapi sejauh ini, realisasinya masih minim karena belum memiliki pengarah atau "dirigen" yang bisa mengarahkan semua potensi tersebut.

"Karena Jatim belum memiliki dirigen yang mampu mengarahkan seluruh kekuatan yang kita miliki untuk menggerakkan pariwisata ramah muslim. Padahal Jatim memiliki segalanya, Gubernurnya juga memiliki komitmen besar terhadap pengembangan industri ini. Kalau Jatim sudah memiliki dirigen, saya yakin akan cepat mengalahkan Jateng dan Jabar yang sudah terlebih dahulu mendeckleir sebagai destinasi wisata halal atau pariwisata ramah muslim," kata Adik Dwi Putranto di Surabaya, Senin (20/3/2024).

Beberapa potensi destinasi wisata yang bisa dikembangkan menjadi wisata ramah muslim di Jatim diantaranya wisata alam Gili Iyang yang tercatat sebagai daerah dengan oksigen terbersih kedua di dunia. Selian itu juga ada destinasi wisata Blue Fire Gunung Ijen di Banyuwangi serta destinasi wisata Gunung Tengger Semeru atau BTS. Juga ada wisata religi makam Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim di Gresik serta sunan Bonang di Tuban.

"Kita memiliki segalanya, ada wisata alam, wisata pantai, wisata budaya hingga wisata religi. Tinggal kita menggerakkannya menjadi wisata ramah muslim. Kalau kita bicara wisata ramah muslim atau wisata halal, jangan dilihat dari fikihnya saja tetapi dari opportunity bisnisnya. Karena kalau sudah masuk kategori wisata ramah muslim, pasti akan aman dan nyaman. Dan Kadin Jatim siap memberikan support semaksimal mungkin, berkolaborasi dengan pemerintah dan stakeholder terkait untuk mewujudkan Indonesia sebagai destinasi wisata halal nomor satu di dunia pada tahun 2024 ," tegasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal Kadin Jatim Zaki Basalamah saat menjadi narasumber pada Seminar Nasional Potensi Pariwisata Halal Indonesia yang diselenggarakan pada saat "Jatim Festival Halal 2023" pada hari Minggu (19/3/2024), bahwa Jatim memiliki potensi pariwisata halal yang sangat besar tetapi sejauh ini masih belum digarap secara maksimal. Hal ini bisa dilihat dari skor yang dibe23rikan Muslim Travel Indonesia (MTI) kepada pariwisata Jatim yang hanya dikisaran 4,12 persen.

"97,814 persen penduduknya beragama Islam (Muslim) ini adalah potensi yang sangat luar biasa. Ini juga ditunjang dengan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa yang memiliki “ghiroh" dalam mengembangkan Ekonomi & Keuangan Syariah di Provinsi Jawa Timur," ungkapnya.

Dan Malang Raya, saat ini sudah masuk dalam daftar pengembangan 10 destinasi Halal Prioritas Nasional yang mengacu standar GMTI sebagai wisata halal Indonesia. Sementara Kota Batu, mendapatkan penghargaan Wisata Halal yang diadakan oleh Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) pada tahun 2019.

"Jatim juga berencana mendirikan Indonesia Islamic Science Park seluas 101 hektar di kaki jembatan Suramadu, Bangkalan, Jawa Timur. Banyaknya potensi yang dimiliki, Jatim berpeluang menjadi proyek percontohan “One-Stop Integrated Edu-Art Halal Entertainment Islamic Centre pertama" di Indonesia," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Staf Khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Andhi Maipa Dewandu mengatakan, pariwisata halal bukan dilihat dari destinasinya tetapi dari servisnya. Ada tiga kategori penting yang harus dipenuhi dalam mewujudkan pariwisata ramah muslim.

Pertama adalah Need to Have, yaitu layanan atau fasilitas yang harus ada, diantaranya adalah pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman halal di lokasi wisata serta kemudahan fasilitas bersuci dan beribadah. "Kalau hotel, cara mensucikan tempat itu wajib. Juga toilet ramah muslim," kata Andhi Maipa Dewandu.

Kedua adalah "Good to Have". Yaitu layanan atau fasilitas yang kalau ada di tempat wisata akan menjadi bagus, seperti disediakan sajadah, mukenah atau alquran. "Selanjutnya ketiga adalah Nice to Have. Yaitu layanan atau fasilitas yang jika ada, maka akan sangat bagus," tandasnya.

"Saat ini Indonesia sudah masuk dalam lima besar Global Muslim Travel Index. Kita punya ambisi tahun depan akan menjadi juara satu. Karena fasilitas sudah banyak sekali, juga momen seperti Jatim Halal Festival ini harus diperbanyak dan dipercepat," katanya.

Sementara itu, Tokoh Jawa Timur Dahlan Iskan yang juga menjadi narasumber dalam kesempatan tersebut menegaskan bahwa saat ini penduduk muslim kalangan menengah atas sudah sangat banyak. "Dan Itulah pasar. Mereka itu tipenya tidak mau makan tidak enak. Kedua tidak mau makanan tidak sehat karena kesadaran kesehatannya sudah sangat besar. Ketiga harus bersih dan tidak mau jorok. ini pasarnya luar biasa besar sekali," ujar Dahlan Iskan.

Oleh karena itu, ekosistem pariwisata halal harus disiapkan, termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sebagai pengusaha, lanjutnya, UMKM dituntut untuk gigih dan pantang menyerah. "Pengusaha itu tidak butuh dibantu tetapi jangan dirusuhi," katanya.

Menurutnya, dukungan kepada pengusaha bisa diwujudkan dengan memberikan kemudahan dalam perijinan atau kemudahan dalam pengurusan sertifikat halal. "Banyak UMKM yang tidak memilki sertifikat halal itu bukan karena ketidaktahuan mereka tetapi karena mereka itu tidak memiliki waktu untuk mengurusnya, apalagi kalau butuh waktu yang lama. Sehingga support sangat dibutuhkan disini," tandasnya.

Hal itu senada dengan apa yang dirasakan oleh Owner Limbang Jaya Makmur, Sri Suhartini bahwa ia merasa sangat senang karena dalam pengurusan sertifikat halal tidak berbelit, bahkan gratis, termasuk saat mengurus PIRT. Ia juga mengatakan senang ikut pameran Jatim Halal Festival karena di sini ada transformasi pengetahuan. "Secara prinsip saya senang karena ada Kadin dan Pemprov Jatim. Di sini ada diskusi tentang pengembangan dan bisnis. Juga ada sesi perencanaan peluang dan keuangan," pungkasnya.(*)