SURABAYA, Selasa (31/1/2024): Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur bersama Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) mendorong pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk melakukan percepatan pembangunan kluster industri maritim di Jawa Timur mengingat Indonesia adalah negara maritim yang memiliki potensi besar.
"Harus secepatnya dan serius membuat kluster industri maritim. Yang sekarang sudah ada perlu ditingkatkan karena Indonesia adalah negara maritim. Salah satu infrastrukturnya adalah kapal," kata Ketua Umum Adik Dwi Putranto usai acara PPNS Industrial Advisory Board Annual Meeting 2023 di Surabaya, Selasa (31/1/2024).
Kluster industri maritim menjadi salah satu wadah agar industri ini bisa terus tumbuh dan bisa bersaing dengan luar negeri. "Dalam hal ini, Kadin Jatim bersama PPNS akan menyiapkan SDM-nya," tambahnya.
PPNS, lanjut Adik, adalah satu-satunya Perguruan Tinggi yang konsen terhadap sektor perkapalan. Saat ini, Perguruan Tinggi yang statusnya sudah berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) tersebut telah memiliki 16 prodi yang semuanya terkait dengan industri kemaritiman, mulai dari Teknik Perancangan dan Konstruksi Kapal hingga Teknik Desian dan Manufaktur serta Teknik Otomasi.
"Mereka ini ahlinya di kapal. Yang perlu ditingkatkan bagi mahasiswanya adalah pembentukan karakter agar memiliki daya juang tinggi. Dan kadin akan meyiapkan pelatih tempat kerja di industri perkapalan serta harmonisasi kurikulum," katanya.
Pelatihan Pelatih Tempat Kerja dinilai sangat penting agar nantinya pelatih di industri perkapalan ini mengerti dan paham apa yang harus dilakukan ketika ada mahasiswa yang magang di industri terkait.
"Pelatihnya ini yang kita beri pemahaman apa yang harus diajarkan kepada mahasiswa. Jangan dibiarkan, agar mahasiswa yang magang bisa lebih inovatif karena dalam pembelajaran nanti ada karakter dan inovasi," terang Adik.
Pada kesempatan yang sama, Direktur PPNS Eko Julianto mengatakan bahwa kebutuhan SDM perkapalan yang berkualitas sangat banyak. Data Iperindo menunjukkan, ada sekitar 250 galangan kapal baja di Indonesia. Yang berada di level advan dengan penggunaan teknologi tinggi hanya sekitar 5-10 persen.
"Yang lain, teknologinya masih menengah atau bahkan di bawah. Ini yang harus kita pikirkan, bagaimana kita menyuplai tenaga itu. Padahal kita tahu Indonesia merupakan pasar sangat besar bagi industri perkapalan. Sumber daya alam Indonesia juga sangat besar. Apalagi 2/3 Indonesia adalah laut dan untuk menjamin konektifitas antar pulau serta distribusi barang dan macam-macamnya membutuhkan armada yang banyak. Dan ke depan, Indonesia tidak bisa hanya bertahan pada teknologi usang. Sehingga peningkatan SDM sangat mendesak agar bisa mewujudkan Indonesia emas," tekan Eko.
Agar SDM semakin berkualitas dan percaya diri, maka dibutuhkan support dan dukungan maksimal dari seluruh stakeholder. Terlebih dengan melihat tingginya komponen pembuatan kapal yang harus impor.
"Kita ini, kalau membangun kapal, 70 persen komponennya harus impor. Padahal secara teknologi kita bisa membuat. Pesawat saja kita bisa membuat, kapal kita juga bisa membuat. Ini hanya soal kesempatan dan peluang yang diberikan oleh pemerintah dan industri," tandas Eko.
"Yang kami lakukan saat ini adalah bagaimana bisa ke level dunia. Jangan jadi pasar. Komponen perkapalan 70 persen impor harus segera dihilangkan dengan meningkatkan SDM. Dan dukungan Kadin sangat penting. Bagaimana Kadin mendorong pemerintah dan industri secara aktif dan nyata mengulurkan tangannya mensupport industri maritim bisa tumbuh, mulai dari perpajakan hingga dukungan kebijakan lain," pungkasnya.(*)