SURABAYA, Rabu (21/9/2023): Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya M. Ali Affandi La Nyalla M. Mattalitti mendorong pengusaha Jawa Timur, khususnya Surabaya dan sekitarnya untuk sigap menangkap peluang pasar ekspor produk furniture ke sejumlah negara menyusul tingginya permintaan pasar ekspor pasca pandemi Covid-19.
Ali Affandi mengungkapkan, di masa Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sejak awal tahun 2020 hingga saat ini, permintaan produk furniture dari luar negeri mengalami lonjakan permintaan sehingga industri furniture, khususnya yang berbahan dasar kayu, mencatatkan kinerja ekspor yang cukup memukau, bahkan mencatatkan kenaikan ekspor secara signifikan.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), selama periode Januari-Desember 2021 tercatat nilai ekspor furniture dari kayu mencapai US$ 1,99 miliar atau sekitar Rp 28,6 triliun. Nilai tersebut meningkat signifikan sebesar 32,54 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21,65 triliun. Lima negara yang menjadi tujuan utama ekspor tersebut antara lain adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Belanda, dan Prancis.
"Kita melihat peluang ekspor ke negara maju sangat besar. Sejak pendemi Covid-19, permintaan produk furniture meningkat pesat dan ini menjadi peluang bagi Indonesia, khususnya Surabaya untuk bisa ekspor ke negara maju. Saat ini, Indonesia adalah negara pengekspor furniture terbesar ke-8 untuk Amerika Serikat, juga ke Kanada, Prancis, Jepang dan lain sebagainya," ujar Ali Affandi saat Talkshow dengan tema "Peluang ekspor produk interior dan furniture pasca pandemi" dalam rangkaian pameran Decorintex, Surabaya, Rabu (21/9/2023).
Tren kenaikan ekspor furniture Indonesia ini menurut Andi, panggilan akrab Ali Affandi, sejatinya sudah mulai terjadi sejak terjadinya perang dagang antara AS dengan China, di mana China yang mendominasi pasar furniture AS terkena dampak luar biasa dari imbas perang dagang. Sehingga, ketika para pembeli furniture di AS mencari subtitusi, pasar tersebut menjadi rebutan negara-negara lain, termasuk Indonesia.
"Meskipun AS ingin mengoptimalkan industri mebel dalam negerinya, namun hal itu tidak serta merta bisa dilakukan karena peralihan pasokan dari impor menjadi produksi dalam negeri memerlukan waktu untuk mempersiapkan bahan baku, industri dan produksi," tandasnya.
Terlebih produk-produk furniture yang ditawarkan oleh para produsen Indonesia telah diakui kualitasnya serta memiliki desain yang bisa memenuhi selera pasar internasional, termasuk negara-negara Eropa. Industri furniture di Indonesia sendiri bisa dibilang cukup luas dan tersebar di hampir seluruh provinsi. Sentra-sentra yang cukup besar antara lain Jepara, Cirebon, Sukoharjo, Surakarta, Klaten, Jabodetabek. Di Jawa Timur sendiri ada beberapa kota yang menjadi sentra industri furniture seperti Pasuruan, Gresik, dan Sidoarjo.
Disisi lain, permintaan furnitur di pasar dalam negeri sendiri juga mengalami peningkatan dengan diberlakukannya kebijakan "work from home" atau "work from every where" karena konsumen menginginkan suasana dan interior di rumah terasa nyaman. Oleh karena itu, pameran Decorintex sangatlah tepat untuk memperkenalkam produk dan teknologi terbaru industri furniture dalam negeri.
"Decorintex sebagai Pameran Terbesar Interior, Arsitektur, dan Furniture di Indonesia ini sebagai penanda kembali pulihnya dunia ekonomi kreatif, khususnya industri desain interior maupun eksterior. Melalui Decorintex 2022, semoga menjadi wadah bertemunya para pelaku usaha terkait dan para user serta end-user produk dan jasa industri ini untuk memperkenalkan produk dan teknologi terbaru yang bisa menjawab semua kebutuhan industri," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Debindo Mitratama, Danang M Kushendarman, sebagai penyelenggara pameran Decorintex 2022 juga berharap dengan di masa endemi ini dunia usaha bisa kembali kondusif khususnya di bidang dekorasi, interior dan furniture.
Untuk itu, semua prinsipal yang hadir dan ikut dalam pameran minimal bisa memamerkan produk terbaru mereka yang kekinian. Walaupun dalam perhelatan ini tidak ada forum business to business, tetapi ada sekitar 40 kegiatan yang akan diselenggarakan selama pameran. Debindo juga menggandeng 12 asosiasi serta perguruan tinggi.
"Kami berharap kehadiran mereka bisa mengetahui sejauh mana perkembangan dunia dekorasi, interior dan furniture serta melihat aplikasi selama pameran. Disini mereka juga bisa langsung melakukan transaksi, karena banyak diantara mereka yang sedang mengerjakan suatu projek," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Export Center Surabaya (ECS) Fernanda Reza Muhammad, juga mengungkapkan hal yang sama bahwa saat pandemi Covid,l-19, banyak perusahaan furnitur luar negeri yang tutup, termasuk di Amerika dan China. Sementara di Indonesia tetap bisa berproduksi walaupun terbatas.
"Inilah yang diambil Indonesia untuk merebut pasar ekapor. Di Amerika, pada saat covid, semua work from home, yang mana semua orang yang biasanya kerja di kantor dan rumah hanya untum tidur, sekarang harus kerja di rumah. Mereka butuh meja kursi, karena kerja di rumah, akhirnya mereka butuh makan di rumah, jadi mereka harus masak sehingga mereka butuh meja makan, butuh ruang makan, dapur yang representatif dan tempat kerja yang representatif. Pada saat ini, ekspor produk-produk tersebut meningkat luar biasa," jelas Reza.
Dan pasca pandemi, banyak negara yang melaksanakan pembangunan besar-besaran. di Arab Saudi misalnya, mereka ingin menyulap kota Jeddah layaknya kota Dubai sehingga banyak bangunan yang dihacurkan dan diganti dengan bangunan baru.
"Di Jeddah Saudi Arabia, sekarang pembangunan besar-besaran. Satu tahun hingga dua tahun lagi, dibutuhkan furniture, inilah peluang kita. itu baru Jeddah, belum yang lainnya. Nah, negara development country lagi membangun dan itu luar biasa. Dulu semua dana mereka pakai untuk kesehatan untuk memerangi covid, sekarang semua sudah endemi, peluang untuk berkembang banyak, maka interior dari Indonesia memiliki peluang tinggi. Tinggal bagaimana perusahaan menengah kecil dan UMKM juga bisa siap," tegasnya.
Salah satu cara yang dutawarkan adalah dengan bergabung dengan Export Center Surabaya. "Kadin Jatim dipercaya membentuk Export Center Surabaya sebagai one stop solution, dimana para pelaku usaha yang ingin tahu peluang pasar, akses pasar, prosedur ekspor dan registrasi, silahkan datang dan itu gratis," pungkasnya.(*)