Kadin Jatim berhasil bukukan transaksi Rp 27,8 miliar saat misi dagang dengan Sulut

SURABAYA, Kamis (25/8/2023):: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur berkomitmen mendukung Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim dalam meningkatkan kinerja ekonomi Daerah, termasuk dalam hal kinerja perdagangan antar pulau dan antar provinsi dengan mengikuti misi dagang dan investasi ke Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

"Ada sekitar 10 pengusaha yang kami ajak mengikuti misi dagang dengan Provinsi Sulut. Mereka bergerak di bidang craft atau keterampilan, pertanian dan bahan pangan, alat kebakaran, perkebunan dan pendidikan. Kita pertemukan dengan pelaku usaha di bawah Kadin Sulut, akhirnya banyak yang mengarah pada kerjasama dan terjadi kesepakatan transaksi," ujar dari Wakil Ketua Umum Kadin Jatim Bidang Jaringan Antar Pulau Kadin Jatim Diar Kusuma Putra ketika dikonfirmasi dari Surabaya, Kamis (25/2022)

Dari hasil pertemuan Business to Business dengan pengusaha Sulut tersebut, Kadin Jatim akhirnya berhasil membukukan transaksi sebesar Rp 27, 80 miliar, dengan perincian pembelian alat pemadam kebakaran sebesar Rp 3,6 miliar, gula merah sebesar Rp 2,88 miliar, gula putih sebesar Rp 3,6 miliar, kopi sebesar Rp 840 juta, batok arang Rp 12,5 miliar serta pelatihan SDM senilai Rp 3,84 miliar.

Diar mengatakan, Sulut merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi perdagangan yang cukup besar, baik perdagangan dari Jatim ke Sulut ataupun sebaliknya, dari Sulut ke Jatim. Karena sejauh ini, Sulut tidak hanya menjadi hub bagi daerah disekitarnya tetapi juga untuk ekspor ke negara Filipina.

"Beberapa pedagang dari daerah sekitar seperti Halmahera dan Gorontalo, mereka mengambil barang dari Manado. Karena tidak mungkin pedagang menengah ke bawah langsung mengambil dari Surabaya. Untuk itu kami mengajak pengusaha dengan membawa beberapa komoditas yang ditawarkan seperti kopi, aksesoris, tepung mocaf, gula putih, gula merah dan cair serta pengusaha yang menjadi eksportir arang karena dsini banyak arang dari tempurung kelapa," ujar Diar.

Sebenarnya, masih banyak potensi perdagangan yang bisa dikerjasamakan dengan Sulut, karena ada banyak barang dan komoditas yang diperlukan masyarakat disana seperti ayam beku, telur, ikan fillet dan juga makanan kemasan. "Disini tempatnya ikan tetapi processing kurang," tandasnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan sangat bergembira dengan berjalannya misi dagang bersama Sulut terlaksana dengan baik. Secara keseluruhan, ada sekitar 80 pengusaha dari seluruh Jatim yang mengikuti misi dagang kali ini, termasuk dari Kadin Jatim. Hingga Kamis (25/8/2023) sore, tercatat transaksi yang telah berhasil dibukukan secara keseluruhan mencapai Rp 127 miliar.

"Rp 127 miliar ini adalah transaksi awal, besok juga akan dilanjutkan. Yang kami harapkan adalah continuity trading. Karen perdagangan ini terjadi secara resiprokal antara Jatim dengan Sulut. Batok kelapa misalnya, saya melihat pabriknya ada di Bitung. Kadang banyak kebutuhan yang dibutuhkan oleh negara lain, justru kita menemukenali di daerah. Seperti transaksi yang terjadi saat ini adalah bahan baku kecap. Transaksinya cukup yaitu mencapai Rp 2,4 miliar," tegasnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, pada saat pandemi Covid-19 Jatim alami kontraksi, salah satunya diakibatkan oleh kinerja ekspor yang mengalami penurunan cukup dalam, utamanya ekspor luar negeri mengalami defisit cukup besar. Tetapi perdagangan antar provinsi dan pulau terus berjalan sehingga di tahun 2021, net ekspor impor dalam negeri Jatim mencapai Rp 233 triliun. Sehingga pada semester I/2022 neraca perdagangan Jatim antar provinsi dan antar pulau sudah mencapai Rp 151 triliun.

"Ini adalah sebuah potensi besar dan pasar yang besar yang jika kita tidak bisa menguasai pasar ini, maka akan dijarah oleh negara lain. Oleh karena itu kenapa kami terus melakukan proaktif kerjasama antar daerah ya karena kaitannya seperti ini," tandas Khofifah.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sulut Steven Octavianus Estefanus Kandouw mengatakan bahwa misi dagang dan investasi antara Sulut ke Jatim dan dari Jatim ke Sulut ini sama-sama pentingnya. Karena industri manufaktur di Jatim yang mencapai lebih dari 30 persen tersebut berbahan baku impor.

"Itu menjadi penting karen row materialnya dari Sulawesi Utara dan proses manufaktur di Jatim dan kembali menemukan pasar disini. Dan itu sebetulnya hal yang lazim dalam kontrak perdagangan dan polanya adalah winwin profit," ungkapnya.

Adapun sejumlah komoditas yang biasanya diambil dari Jatim diantaranya daging sapi, daging ayam dan telor. Sedangkan dari sini, banyak kopi, teh, termasuk kelapa dan ikan dari Sulawesi Utara.

"Lebih dari US$15,2 juta ekspor dari sulut ke Jatim, tidak jauh bedanya dengan Jatim dengan Sulut, saling menolong atau saling menguntungkan. Gotong royong, bersama-sama kita penuhi dari Jatim, dan Jatim yang kurang dari kita, bahan bakunya dari kita. Ini adalah salah satu pengejawantahan bahwa kita bersama-sama bisa pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat karena ada topangan dari Jatim," pungkasnya. (*)