SURABAYA, Rabu (24/5/2024): Rombongan pengusaha Australia Oceanic Group yang terdiri dari Oceanic Group Senior Advisor Jonathan O'Dea didampingi oleh Senior Manager Oceanic Multitrading PYY. LTD. Anthony Merriott dan Managing Director Ocean Cattle Stations Nisin Sunito melakukan kunjungan ke kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Rabu (24/5/2024). Mereka ingin menjajaki kerjasama di sektor perdagangan kertas, dolomit dan sapi serta untuk menjalin kerjasama di sektor pendidikan.
Rombongan diterima langsung oleh Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto bersama Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Internasional Kadin Jatim Tomy Kayhatu dan Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan dan Peningkatan SDM Nurul Indah Susanti. Hadir dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PT Polowijo Gosari Didik Pribadi Arifin, Commercial Sales Manager Europe & Oceania Stationery Business Unit PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.Bagus Arifin dan sejumlah pengusaha lainnya.
Jonathan O'Dea mengatakan bahwa Oceanic Cattie Stations Pty. Ltd. Australia adalah perusahaan yang bergerak di sektor sapi hidup, dengan area peternakan seluas 331.800 hektar (4,78 kali luas Singapura) yang terletak di Darwin.
"Dalam setiap tahun, ada sekitar 300.000 sapi hidup dari Darwin di ekspor ke negara-negara di Kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia," terangnya.
Selain bergerak di bidang sapi hidup, Oceanic Cattle Stations Pty. Ltd. juga beroperasi di sektor importasi kertas (100.000 ton per tahun), ekspor limbah kertas (yang diproses secara ramah lingkungan untuk dijadikan kertas koran oleh PT Aspex Indonesia), serta produk kimia untuk plywood, newsprint dan industri pertanian.
"Kunjungan kerja Oceanic Cattie Stations Pty. Ltd. ke Surabaya ini bermaksud untuk mengembangkan bisnis pada kegiatan impor kertas, ekspor dolomit, pasokan peralatan modal dan investasi (capital eguipment supply and investment) dan di sektor pendidikan," ungkap Jonathan O'Dea.
Atas tawaran tersebut, Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto menyambut gembira dan langsung pertemukan dengan pengusaha terkait. Ia menegaskan, Jatim memiliki potensi yang sangat besar yang bisa disinergikan dengan pengusaha Australia. Dan Kadin akan berusaha menfasilitasi apa yang mereka inginkan dalam rangka meningkatkan kinerja ekonomi Jatim.
"Potensi ini harus ditangkap. Kami langsung pertemuan dengan industri kertas dan industri dolomit. Harapan kami, disamping ada ekspor kesana, mereka juga akan melakukan investasi di Jatim. Ada lagi kerjasama di bidang pendidikan, sudah kami pertemukan dengan Kadin Institute. Ada kesepakatan program pemagangan di bidang agro yang meliputi pertanian dan peternakan. Nantinya akan ada pengiriman pelajar magang dari Indonesia ke Australia," tandas Adik.
Sementara itu, Commercial Sales Manager Europe & Oceania Stationery Business Unit PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.Bagus Arifin mengatakan bahwa forum seperti ini sangat penting untuk mencari pasar dan customer baru. "Walaupun Tjiwi Kimia dalam hal market sudah sangat established tetapi tetap harus melakukan strategi untuk terus mengembangkan pasar," kata Bagus Arifin..
Ia mengaku, pelaku usaha Australia tersebut tengah mencari suplai dalam rangka memenuhi kebutuham dalam neger. "Mereka biasanya impor news paper kemudian mereka konversi sendiri menjadi produk. Karena kita tahu biaya produksi di Australia cukup tinggi sehingga kita tawarkan pembuatan produk di sini
"Produksi stationary Tjiwi Kimia saat ini mencapai 240.000 ton per tahun. Dan hmpir 70 persen negara di dunia sudah menggunakan produk Tjiwi Kimia," tandasnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Direktur Utama PT PT Polowijo Gosari Didik Pribadi Arifin bahwa pertemuan seperti ini sangat penting bagi pengusaha untuk membangun networking atau jaringan. Apalagi yang mereka cari semuanya ada di Jatim, termasuk dolomit.
Didik Pribadi mengatakan, produksi dolomit PT Polowijo Gosari cukup banyak, mencapai 400 ribu ton per tahun. Sebagian besar di gunakan untuk pertanian seperti sawit dan tanaman pangan.
"Pasar domestik sangat besar. Sementara untuk ekspor harus kita harus hitung value added-nya. karena harganya terlalu murah, lebih mahal bayar biaya transportasinya. saat ini harga dalam negeri Rp 600 per kg, kalau dengan value added bisa mencapai Rp 3500 per kg," akunya.(*)