SURABAYA,
kabarbisnis.com: Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik
Dwi Putranto mengungkapkan pentingnya dukungan "Skilled Labour" atau
tenaga kerja terampil dalam peningkatan kinerja industri manufaktur dalam
negeri, termasuk di Jawa Timur.
Dia mengatakan,
industri manufaktur merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian
Jawa Timur. Rata-rata kontribusi yang diberikan oleh sektor ini sekitar 30
persen per-tahun yang menempatkan industri manufaktur sebagai sektor dengan
kontribusi terbesar di Jawa Timur. Dan sektor ini juga berhasil menyerap tenaga
kerja sebesar 3 juta lebih.
"Namun saat ini
kita berada pada situasi harus waspada, dimana industri harus melakukan
efisiensi. Dan kunci terjadinya efisiensi adalah penerapan teknologi. Tetapi
tantangannya harus ada tenaga kerja yang betul-betul kompeten. Kita semua yang
ada di Jatim harus bisa mengimbangi perkembangan teknologi ini dengan
menyiapkan tenaga kerja terampil atau skilled labour," ujar Adik dalam
Dialog Terbuka dengan tema "Dukungan terhadap manufaktur lokal dan Jawa
Timur melalui pameran Manufacturing Surabaya" di Grand City Convention
& Exhibition Center Surabaya, Rabu (13/7/2024).
Menurutnya, dukungan
tenaga kerja terampil dalam industri manufaktur tidak bisa ditawar lagi,
terlebih dengan semakin majunya teknologi yang berkembang. Untuk itu, Kadin
sejauh ini telah berupaya maksimal untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di
Jatim melalui berbagai program yang telah dan akan dilaksanakan.
"Skilled Labour
ini betul-betul dibutuhkan, termasuk dalam menyiapkan pengembangan kawasan
industri. Sehingga ketika satu kawasan industri baru dibuka, maka kita sudah
siap memiliki tenaga kerja terampil yang bisa mengisi. Karena melalui tenaga
kerja terampil ini efisiensi dan produktifitas tenaga kerja bisa
ditingkatkan," tegasnya.
Adik juga sangat
mendukung penerapan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang secara
terus menerus didengungkan oleh pemerintah. Sebab program tersebut diyakini
akan mampu memacu mahasiswa menjadi wirausaha atau enterpreneur.
"Tetapi
catatannya, itu harus kita lakukan bersama-sama. Kami mewakili industri,
pemerintah, kampus, termasuk media membangun sinergi pentahelix untuk
mewujudkan tenaga kerja terampil," tegasnya.
Senada dengan Adik
Dwi Putranto, Wakil Direktur Bidang Kerjasama Politeknik ATMI, FX Suryadi bahwa
ketersediaan tenaga kerja terampil di sektor manufaktur menjadi tantangan di
dunia pendidikan dan industri. Karena saat ini kebanyakan anak muda kurang
tertarik untuk terjun di sektor manufaktur.
"Mereka ingin
serba instan. Bagi mereka, dunia internet lebih menarik. Oleh karena itu,
Politeknik ATMI bekerjasama dengan sejumlah industri untuk menerapkan sistem
education base (teaching factory). Dalam kampus kami, ada unit pendidikan dan
ada unit produksi. Sehingga mahasiswa tidak perlu magang di luar," ujar
Suryadi.
Adapun kurikulum
yang diterapkan adalah 30 persen teori dan 70 persen praktik. Untuk teori pun
penyampaiannya dimodel seperti dunia kerja, yaitu dengan membagi mahasiswa
menjadi dua sifat, pagi dan sore. Langkah ini dilakukan untuk membiasakan
mereka dengan ritme di lingkungan kerja.
"Hasilnya,
seluruh lulusan kami selalu siap kerja. Bahkan hampir di seluruh industri besar
di Jatim ada lulusan kami yang bekerja di sana," tandasnya.
Sementara itu,
Kepala Bidang Industri Agro Disperindag Jatim Hery Wiriantoro mengatakan,
sejauh ini Pemprov Jatim juga memiliki komitmen besar dalam peningkatan SDM,
beberapa program peningkatan tenaga kerja dan sumber daya manusia telah
dilakukan.
"Kami juga
memiliki program OPOP di Pondok Pesantren, membantu meningkatkan skill santri
juga alumnus serta pesantren. Kita ajak dan kita bina menjadi wirausaha. Kita
fasilitasi, mulai dari kualitas hingga standarisasi kemudian kita ikutkan
pameran. Kami juga memiliki misi dagang, untuk menfasilitasi produk
mereka," ujarnya.
Dukungan terhadap
peningkatan industri manufaktur menurutnya juga diwujudkan dengan dibukanya
sejumlah kawasan industri baru di beberapa kabupaten kota, diantaranya di
Ngawi, Madiun dan Nganjuk. "Yang eksisting sudah ada 10 kawasan industri,
menyusul tiga kawasan industri baru di Nganjuk, Madiun dan Ngawi. Karena
sebenarnya harapan kami kawasan industri itu ada dia setiap kabupaten
kota," pungkasnya.