SURABAYA | duta.co – Project Based
Learning Technopreneurship (PBLT) Wirausaha Merdeka yang diupayakan
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) bersama Kamar Dagang
dan Industri (Kadin) Jawa Timur sudah berjalan maksimal.
Program Wirausaha Merdeka ini merupakan program yang
diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan
mendapat dukungan pendanaan dari Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP).
Program yang diluncurkan pada 29 Agustus 2022 tersebut telah
diikuti 1.067 mahasiswa yang berasal dari 17 perguruan tinggi dari Aceh hingga
Indonesia Timur dan telah menghasilkan 107 kelompok dengan 103 ide bisnis.
Ke-103 ide bisnis tersebut dipamerkan dalam kegiatan
Demo Day Wirausaha Merdeka, program Project Based Learning
Technopreneurship (PBLT) yang digelar di Dyandra Convention Hall, Surabaya,
Senin (5/12/2023).
Selain itu, sampai hari ini, ada sekitar 900 mahasiswa yang
sudah melaksanakan sertifikasi dan uji kompetensi. Menyusul, sekitar 167
mahasiswa akan melaksanakan sertifikasi dan uji kompetensi pada Selasa
(6/12/2023). Dari sisi Hak Kekayaan Intelektual (HKI), sekitar 70 persen
sudah melakukan pengajuan.
Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto menyatakan sangat
senang melihat keberhasilan mahasiswa-mahasiswa yang menjadi peserta program
Wirausaha Merdeka. Hal ini akan menjadi bekal bagi mereka untuk menjadi
wirausaha yang berhasil di masa mendatang.
“Kadin Jatim miliki komitmen dalam menciptakan
wirausaha-wirausaha berprestasi yang akan membawa Indonesian menjadi negara
makmur. Kadin juga berkomitmen dalam meningkatkan kualitas SDM dan tenaga kerja
di Jawa Timur agar berdaya saing tinggi,” ujarnya.
Untuk itu, Kadin Jatim telah bekerjasama dengan tiga lembaga
luar negeri Kadin Jatim, yaitu dengan Industrie-und Handelskammer (IHK) Trier
atau Kadin Jerman dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit
GmbH atau GIZ serta dengan dVET System Development Swisscontact.
“Kami ingin di setiap industri besar dan kecil, miliki
pelatih tempat kerja yang sesuai harapan bersama, yang mampu mencetak tenaga
kerja berkompeten. Kami berupaya menyiapkan semua industri untuk miliki pelatih
tempat kerja,” tandasnya.
Melalui program Wirausaha Merdeka ini, Adik berharap akan
lahir ribuan tenaga kerja dan wirausaha yang berkompeten. Karena sejauh ini
jumlah wirausaha Indonesia masih sangat kecil, hanya sekitar 3,5 persen hingga
4 persen dari total jumlah penduduk.
Jumlah ini lebih kecil dibanding negara tetangga, Vietnam
misalnya jumlah wirausahanya sudah mencapai 6 persen hingga 7 persen. Bahkan
jumlah wirausaha di Singapura sudah mencapai 8 persen. ‘Untuk menjadi negara
makmur dan sejahtera, juga wirausahanya harus mencapai 12 persen. Kita
ketinggalan jauh dari negara tetangga,” katanya.
Terlebih jumlah industri yang bisa menampung seluruh lulusan
perguruan tinggi sangat terbatas. Sehingga solusinya adalah dengan menciptakan
wirausaha sebanyak-banyaknya. “Dengan kolaborasi yang sangat kuat antara dunia
pendidikan, dunia usaha dan industri serta pemerintah, saya yakin jumlah
wirausaha kita akan bisa bergerak cepat,” ujar Adik.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Direktur PPNS Eko
Julianto bahwa banyaknya kelompok bisnis dan ide bisnis yang tercipta menjadi
satu pencapaian luar biasa. Bahkan dari seluruh mahasiswa yang ikut, tidak satu
oun yang berhenti tengah jalan.
“Hari ini kita sudah dapat membuktikan bahwa hal yang
awalnya di awang-awang, ternyata kita mampu melakukannya melalui kerjasama
yang baik semua pihak, mulai dari perguruan tinggi hingga pembimbing di
lapangan dan Kadin Jatim,” ungkapnya.
Program ini telah memberikan pengalaman praktis mahasiswa
untuk memunculkan ide bisnis. Peserta juga dituntut untuk mampu menawarkan
produk. “Ini akan menjadi bekal mereka untuk berkarya dan berdaya saing tinggi
dalam menghadapi tantangan,” kata Eko Julianto.
Salah satu ide bisnis yang cukup menarik dan bisa
dikomersilkan ide bisnis kelompok 69 dari PPNS, yaitu penggunaan MPPT solar
cell sistem pembangkit DC Grid, penstabil tegangan output dari panel surya.
“Tegangan dari panel surya kan fluktuatif, kadang dibawah 12
volt, juga bisa mencapai diatas 20 volt. Dengan alat ini, maka output bis
diseragamkan,” kata perwakilan kelompok 69, Muhammad Coirul Ibad.
Sedangkan kelompok 92 Universitas Qomaruddin Gresik membuat
ide media pembelajaran flip stacko yang disertai modul berisi materi, panduan
permainan dan balok stacko.
“Kami menyediakan dua mata pelajaran, matematika dan Bahasa
Inggris. Melalui pembelajaran dengan flip stacko. Ini sangat cocok bagi
anak-anak yang malas belajar, dengan media ini mereka bisa lebih tertarik untuk
mengasah pembelajaran mereka. Pembelajaran flip stacko yang kami buat khusus untuk
kelas 5-9,” terang Ketua Kelompok 92 dari Universitas Qomaruddin Gresik,
Melinda Dwi Wijayanti.